Rahasia Hubungan yang Langgeng dan Harmonis

Kedua orang tua saya telah menikah selama 30 tahun. Selama itu pula mereka selalu bersama setiap hari, mulai dari membuka mata di pagi hari hingga memejamkan mata di malam hari. Apalagi saya sudah keluar rumah dan pindah ke Jakarta tahun 1995 lalu adik saya menyusul pada tahun 2000, maka praktis semenjak itu mereka hanya berduaan saja tinggal di rumah. “Seperti bulan madu lagi..”, begitu ibu saya selalu berkata.

Jarang sekali mereka menghabiskan malam berpisah dari satu sama lain, kecuali apabila ada urusan yang tidak bisa dihindari, seperti misalnya nenek saya tiba-tiba sakit sehingga ayah saya harus mengantar ke rumah sakit dan menginap di sana. Tapi selebihnya, mereka selalu bersama. Pagi, siang, dan malam.

Sampai hari ini, setiap bangun pagi-pagi ketika matahari masih redup malu-malu di ufuk timur, ayah saya selalu memberi kecupan mesra untuk ibu saya. Mereka selalu memulai hari dengan mengucap doa bersama-sama. Biasanya ibu saya yang menyiapkan sarapan, namun tidak jarang ayah saya yang memasak Indomie dan menyeduh kopi untuk sarapan.

Ayah saya adalah seorang pria yang keras, tegas, tidak sabaran, tapi penuh kehangatan. Sejak saya dan adik saya masih kecil, beliau menuntut kami untuk selalu mengecup kedua pipinya dan pipi ibu kami setiap kali kami berpisah untuk pergi sekolah dan kembali ke rumah. Kebiasaan tersebut masih terus dilakukan hingga hari ini setiap kali kami bertemu.

Pada hari ulang tahun ibu saya, hari valentine, dan hari ibu, ayah saya selalu memberikan hadiah dan kejutan untuk ibu saya. Entah itu kado kecil yang sederhana ataupun sekedar menyiapkan masakan istimewa. Hari valentine yang lalu, di pagi hari ketika ibu saya keluar dari kamar tidur, di meja makan sudah terdapat kue tart coklat berbentuk hati dan sebuah kartu ucapan, “Untuk Mami tercinta..”

Setiap ibu saya jatuh sakit, ayah saya menjadi super sibuk dan uring-uringan setengah mati. Sibuk mengingatkan saatnya minum obat dan menyiapkan obatnya, mengerik punggung ibu saya, dan memasak obat-obatan herbal tradisonal. Bila tengah malam ibu saya batuk-batuk atau pilek, ayah saya segera bangun dan membawakan obat dan air minum hangat.

Bila sedang berjalan-jalan di mall atau di manapun, ayah dan ibu saya selalu bergandengan tangan atau berangkulan mesra. Dan di depan kami anak-anaknya, ibu saya tidak pernah malu untuk memeluk atau mengecup pipi ayah saya serta berkata betapa dia menyayanginya. Dan setiap kali ayah atau ibu saya mengirim SMS atau menelpon  saya dan adik saya, mereka selalu mengakhiri pembicaraan dengan dengan berkata, “Mami dan Papi sayang kalian..” dan kami pun selalu membalasnya.

Semenjak saya kecil, tidak pernah sekalipun saya mendengar kedua orang tua saya bertengkar. Sedikit berbeda pendapat atau salah satu dari mereka ngomel-ngomel karena suatu kejadian memang sering terjadi, tapi tidak pernah ada pertengkaran yang berarti sama sekali.

Saya sangat bersyukur memiliki kedua orang tua yang begitu mesra dan mencintai satu sama lain. Saya merasa sangat beruntung menjadi bagian dari keluarga yang begitu harmonis dan penuh kehangatan. Dan seiring dengan bertambahnya pengalaman dan pengertian saya mengenai dinamika sosial-romansa, saya menjadi tahu proses dan rahasia menciptakan sebuah hubungan seperti yang dimiliki ayah dan ibu saya.

Apabila Anda merasa tulisan saya di entri-entri sebelumnya seperti sok tahu dan tidak realistis, maka kali ini Anda tahu alasannya. Semua yang saya tulis bukanlah omong kosong dan idealisme semata, apalagi untuk menyudutkan kaum wanita. Saya tahu dan saya mengerti dengan jelas bagaimana menciptakan sebuah hubungan yang ideal, langgeng, dan harmonis, karena saya telah mengalaminya sendiri seumur hidup saya. Saya belajar dari kedua orang tua saya. I have learned from the BEST!

Saya ingin membagikan apa yang saya alami dan pelajari pada orang lain, dan berharap hal itu bisa memberikan inspirasi bagi Anda untuk menciptakan sebuah hubungan yang indah. Agar apabila Anda kelak memiliki anak, maka anak tersebut akan mengalami kebahagiaan yang selama ini telah saya alami.

Itu tujuan saya..

Satu hal yang saya pelajari dari ayah dan ibu saya adalah: setiap pihak dalam sebuah hubungan harus mengerti dan menerima perannya dalam hubungan tersebut, dan belajar untuk mencintai pasangannya sesuai dengan perannya tersebut.

Lagi-lagi saya harus menekankan soal peran, karena banyak orang yang salah mengerti. Saya tidak berusaha untuk merubah wanita untuk menjadi seperti yang pria inginkan, saya tidak berusaha untuk merubah Anda menjadi seseorang yang bukan diri Anda sendiri. Saya berbicara soal PERAN. Dalam setiap peran, Anda memiliki HAK dan KEWAJIBAN, terlepas dari bagaimana sifat dan pembawaan Anda.

Sebagai seorang Anak, jelas Anda memiliki HAK dan KEWAJIBAN. Anda berhak memperoleh kasih sayang, fasilitas pendukung kehidupan Anda, edukasi, dsb, tapi Anda juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab pada orang tua Anda dan lingkungan keluarga, seperti bersikap sopan pada kerabat yang lebih tua, lulus sekolah dengan lancar, dan menjaga nama baik keluarga. Sebagai seorang anak Anda tidak bisa bertingkah seperti orang tua. Dan Anda jelas tidak bisa berkata, “Mengapa saya harus sok sopan? Saya kan orangnya cuek! Suka tidak suka, ini saya apa adanya!”

Sebagai seorang karyawan Anda pun memiliki dan kewajiban. Anda berhak untuk mendapat gaji, asuransi kesehatan, bonus, dsb, tapi Anda juga memiliki kewajiban untuk bekerja dengan baik, bisa bekerja sama dengan kolega, dan mematuhi peraturan perusahaan. Sebagai seorang karyawan Anda tidak bisa bertingkah seperti boss. Dan Anda jelas tidak bisa berkata, “Saya kan tidak suka dipaksa, jadi saya akan kerja hanya ketika saya mau saja! Suka tidak suka, ini saya apa adanya!”

Begitu pula dalam hubungan romansa. Pria dan wanita memiliki perannya masing-masing, lengkap dengan hak dan kewajibannya. Pria tidak bisa bertingkah seperti wanita, dan begitu juga sebaliknya. Tidak peduli apakah Anda adalah wanita karir dengan gelar tinggi dan gaji besar, agar hubungan itu berjalan dengan baik, Anda harus melakukan kewajiban Anda sebagai seorang wanita dalam hubungan tersebut. Begitu pula dengan pria.

49 Comments

  1. Indah banget Kei..
    *ternyata cerita begini bukan cuma ada di buku dongeng ya Kei.. *

    Terimakasih sudah berbagi cerita dan memberi inspirasi 🙂

    May God always bless you and your family..

    Like

    Reply

  2. Hi bro

    Jujur..

    to the point aja ,dan sedikit OOT..

    emang aku akui,salah satu kehancuran UTAMA dari pribadi gua dulu,sebelom transformasi HS adalah ketidakpunyaan keluarga ini pada kepempimpinan seorang Papa,maka anak2nya mencari kepemimpinan melalui om dan tante yg notabene lebih dewasa dan terpelajar.Saya bukan menuntut seseorang harus S1,harus kaya rejeki dan harta atau apalahhhhhh…tetapi lebih kepada kedewasaan diri.

    gua secara pribadi sering bingung …

    apa sih yg gua dapet dari ortu?

    kesetiaan antara suami istri? ya dapet dari mama dan papa saya…

    perkawinan yg utuh/awet?
    ya sayapun dapatkan…

    tapi yg saya petik dari artikel ini adalah : BAGAIMANA seseorang itu bisa memimpin dirinya sendiri TERLEBIH DAHULU dan menjadikannya bisa BERDAMAI dengan dirinya sendiri,sehingga orangpun DAMAI dan mengikuti..

    yeaa..the leader will lead,the follower will follow…

    ..dengan kata lain kemapanan = bensin menjalankan roda mobil kehidupan dan pikiran supaya berpikir lurus ,yg saya sampe sekarang masih belajar,walau susah saya tetap belajar(bagi sayaa papa anda telah mapan,bukan secara ekonomi,melainkan mapan mental yg sudah bagus dan “kepasrahan” pada Tuhan.)

    maka dengan Kemapanan itulah MUNGKIN papa anda bisa dengan mata kepala sendiri DAPAT memilih perempuan yg menjadi mama anda kelak.Bukan kerena kesepian dan mengemis cinta,tetapi dengan KEMAPANAN itu ada ,dia MAMPU untuk tidak mentolerir hal2 yg tidak membuat dia jadi kacau balau,serta STABIL dan tau akan HAK dan KEWAJIBAN dia sebagai seorang bapak..

    Maka saya anjurkan mapanlah secara pikiran dan mental dulu ,barulah ANDA berHAK membicarakan perkawinan..urusan uang?..itu akan berjalan seperti air mengalir…

    kemapanan sekali lagi TIDAK diukur dengan uang,melainkan tanggung jawab.

    sama halnya dengan perempuan yg sekiranya lebih baik dicari yg MAPAN secara pikiran dan emosi.Saya beberapa kali melihat wanita2 MAPAN bertingkah laku layaknya perexx ..

    ..yahh..perexx!

    haha..

    seperti akibat dari tulisan anda : Wanita2 modern dewasa in AMAT SANGAT menuntut haknya,dan itu benar adanya..Mereka lupa akan kewajibannya karena MEREKA MENUNGGU DAN MENCARI pria2 yg mereka pikir “pantas” untuk mereka,padahal kita tau wanita condong hidup dalam fantasi seperti di film2 titanic<—-artikel elu atau lex ya hahah

    maka dari itu BERSYUKURLAH jika kita mendapatkan wanita yg mapan secara pikiran dan emosi..

    so kemapanan bukan cuma dibutuhkan dari pihak wanita,priapun harus mapan,ya contohnya ibu dan bapak anda hehehe..cuma ya itu akibat dari misunderstanding about feminisme yg membuat semua jadi berantakan,dimana jaman sekarang adalah jaman fb dan BB,tweter dll..sekarang jaman hedonisme dan individualisme,semua adddddaaaaa..

    bahkan waxing ketek dihollywood kabarnya ada bermacam2 type lasenya..

    bayangin bro laser CUMA untuk remover bulu ada beberapa macem..ckckckc

    orang semua berloma demi uang dan kenikmatan serta gengsi..kitapun sepertinya AMAT menutup mata akan hal2 negatif dari hasil gengsi ,hedonisme dkk..

    sekali lagi mapan BUKAN soal materi,tp seberapa pintarnya anda untuk menilai situasi nuntuk melangkah dan bertanggungjawab..

    regrads

    romi

    Like

    Reply

  3. Sekarang gw jadi tau kenapa waktu kecil gw sering merasa orang tua (Ibu) pilih kasih. Sebenarnya karena dalam rumah gw ngak ada contoh figur seorang “ayah” karena beliau jarang pulang yang disebabkan masalah pekerjaan, meskipun gw tau kasih sayangnya sebagai seorang ayah ke anak-anaknya tidak perlu dipertanyakan. Waktu kecil ibu gw jadi sering berperan ganda, bebannya lebih besar dibanding keluarga di lingkungan sekitar. Ketika sudah bisa tinggal sebagai 1 keluarga utuh, gw bisa mengingat kembali bahwa hubungan kedua orang tua gw termasuk harmonis meski tidak semesra keluarga Kei. Meski Ayah berkarakter keras dan kadang membuat keputusan yang salah, Ibu gw cuma sebatas menggerutu tapi tidak pernah menghakimi keputusan yang diambil Ayah. Kami sebagai anak-anak juga respek, tunduk, salut, sedikit takut (:p) ke Ayah karena Ibu gw juga bersikap demikian.

    Mundur lebih ke belakang, gw baru menyadari kalau dari seluruh keluarga besar dari pihak Ayah -tanpa memandang kondisi ekonomi tiap keluarga- cuma 1 anak laki-laki kakek gw (si bungsu) yang punya problem berat di dalam keluarganya karena dia TIDAK berperan sebagai seorang Ayah. Padahal gw akui kalau tante gw itu adalah yang paling cantik secara fisik dari semua tante2 gw. Membuktikan bahwa mempunyai istri yang cantik tidak menjamin Anda bisa bahagia jika Anda tidak bisa bersikap dan memposisikan diri sesuai peran dalam keluarga.

    Thanks Kei for this inspiring article. 🙂

    Like

    Reply

    1. Thanks for sharing your story, bro.. especially for this quote: “Membuktikan bahwa mempunyai istri yang cantik tidak menjamin Anda bisa bahagia jika Anda tidak bisa bersikap dan memposisikan diri sesuai peran dalam keluarga.”

      Like

      Reply

  4. * LIKE THIS *

    Seperti gambaran keluarga gw juga…
    Now I’m feels missing home…

    Semoga gw bisa menciptakan keluarga yang harmonis seperti itu nantinya…

    Thanks kei, very inspiring..

    Like

    Reply

  5. wow… sangat inspiratif bgt bro. Saya yakin bisa menemukan wanita yang memilki peran seperti itu,wanita yang benar2 mengerti perannya dan berkualitas.

    Like

    Reply

  6. dear Kei (feel strange calling you by that name),

    Very inspiring…
    CooL..
    Warm
    Thats Great..
    I love my family, I’m always proud to be part of it.
    whatever it is.
    I love that you share the story of your life for many people.
    It makes a lot of people grateful for life.
    For me, love is grace, and God gave each person from different sides.
    I believe will have a wonderful family… Amen… :))

    XOXO,
    oLa

    Like

    Reply

  7. wow salut banget ma orang tuamu.. itu yang di sebut cinta sepanjang masa, gak cuma mesra di tahun pertama saja..
    semoga kelak jika saya berumah tanggga bisa demikian harmonis dan saling melengkapi 🙂
    nice post mas..
    salam 🙂

    Like

    Reply

  8. Menyentuh, memotivasi sekaligus memberikan gambaran yang ideal peran pria dan wanita dalam hubungan romansa.

    Tulisan keren dan komplit kei 🙂

    Like

    Reply

  9. Mantap…. Artikel loe yang terbaru selalu gw nantikan….
    Bener juga kalo tiap pria & wanita sudah tau peran nya, keluarga pasti harmonis, karena dalam suatu keluarga hanya boleh ada 1 pemimpin !

    Like

    Reply

  10. i’m trying to be that kind of lady.. mohon doa restu ya ;p

    sebenernya, menjadi pasangan yg seperti itu udah ada dalam bayangan gue sejak lama.
    beda dengan lo, Kei, gue lahir di keluarga yg awalnya harmonis..
    but then i don’t know wad happen, before i even see it coming, everything collapse.

    i used to think that parents yg saling sayang satu sama lain til the end itu cuma bullshit yg ditawarkan di tepe2.

    *lirik Kensi Raziel*
    ditambah dengan ajaran seseorang ke gue kalo rasa cinta itu akan pudar seiring berjalannya waktu.

    uptil recently…
    i try my best to be a supporting and loving partner for my guy.
    turned out great 😀
    satu tahun lebih, dan we’re still in love with each other.

    Gue emang ga tau apa yg akan terjadi nanti ke depannya,
    tapi gue bener2 berharap kalo gue udah tua,
    gue bisa jadi orang tua kayak ortu lo, Kei 🙂
    Dan gue harap anak gue nanti bisa ngomong gitu ke temen2 nya,
    “my parents are my inspirations..”

    ah, jadi curhat.
    maaf kepanjangan :p
    ciao~!

    Like

    Reply

    1. setuju ama pendapat lo , collapse terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan perannya lagi. semua harus melakukan perannya masing2.
      memang tidak mudah membina keharmonisan secara jangka panjang karena faktor lingkungan dan sistem dunia yang salah kaprah.

      we just only pray and hope that we can life harmony each other forever

      Like

      Reply

      1. @RedZz: “Dan gue harap anak gue nanti bisa ngomong gitu ke temen2 nya,
        “my parents are my inspirations..””
        Suatu hari nanti, itu pasti terjadi.. tenang saja 🙂

        Like

  11. Nice artikel Kei..Ah pengennya punya keluarga yg harmonis begitu. Tp suamiku ga romantis. Dia kaku.. Yg penting dihatinya ada cinta untukku. Walaupun dia ga bs tunjukkan lewat sikapnya.. Apa pria bs berubah jd romantis, Kei?

    Like

    Reply

    1. Tentu saja pria bisa berubah.. asal ada kemauan. Bukan masalah romantis atau tidak, tapi yang terpenting suami Anda bisa membuat Anda merasa dicintai.. itu sudah lebih dari cukup.

      Like

      Reply

  12. hai para pria sayangilah dan hormatilah istrimu……..
    hai para wanita, tunduklah pada suamimu………..

    semua sudah jelas………..

    Like

    Reply

    1. KOk Lex?

      cuman Kei Savourie yg bisa bikin tulisan inspiring yang dalem meluluhlantahkan tatanan hati (seperti drc nya) 🙂

      gw kira cuman di dongeng yg kek gitu, ternyata ada..
      doa dan salam bahagia buat lo dan keluarga.

      Like

      Reply

  13. Gimana klo kita sebagai cowok udah melakukan peran kita,,, namun cewek terlanjur mendapatkan kenyamanan sehingga merasa tak perlu melakukan perannya???? Gimana solusinya????

    Like

    Reply

  14. wihh.. keren bro. very inspiring.
    jadi pria berkualitas..
    temukan wanita berkualitas..
    bangun keluarga berkualitas
    dan akhirnya melahirkan keturunan ( generasi ) berkualitas.
    gw setuju banget.

    Like

    Reply

Leave a comment